Share with on:

Apakah Aku Mengalami Impostor Syndrome ?

vector dot 1
Apakah Aku Mengalami Impostor Syndrome

Tahukah Anda tentang impostor syndrome? 

Sebelumnya pada awal masa pandemik, ada game yang sedang viral namanya Among Us. Dalam game tersebut, kita bertugas untuk mencari Impostor. Impostor dalam bahasa Indonesia artinya adalah penipu atau menyamar menjadi orang lain, sedangkan pada game tersebut, impostor berusaha untuk mengecoh lawan main agar tidak ketahuan bahwa ia adalah penipunya. Lalu apa kaitannya dengan impostor syndrome?

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Impostor syndrome adalah perasaan seseorang yang meragukan diri sendiri dan merasa tidak kompeten, biasanya mencakup tentang pencapaian dalam pendidikan, pengalaman, dan prestasi lainnya. Banyak bukti keberhasilan yang dicapai, tetapi alih-alih mengakui kemampuan dan upaya diri sendiri, mereka lebih sering mengaitkan pencapaiannya dikarenakan faktor eksternal. Apa saja faktor eksternal tersebut? Seperti; keberuntungan atau waktunya lagi tepat (good timing).  

Perlu digarisbawahi, bahwa sindrom ini tidak masuk dalam klasifikasi gangguan jiwa ya sobat HatiPlong :). Akan tetapi, tanda-tanda orang menunjukkan sindrom ini, umum dijumpai dalam kehidupan. Jika tanda-tanda sindrom ini terus menerus terjadi, maka hal tersebut akan cukup mengganggu fungsi mereka sehari-hari dan dapat menimbulkan gangguan kecemasan, stres, bahkan depresi.

Apa saja tanda-tanda mengalami Impostor Syndrome ?

Pertama, saat Anda berpikir bahwa orang lain begitu hebat dalam pencapaiannya (sebut saja si A), sedangkan kamu tidak merasa diri sendiri hebat. Di sisi lain, tanpa sepengetahuanmu, sebenarnya si A juga bisa saja sedang berpikir bahwa kamu itu hebat lho! 

Kedua, penilaian yang memberatkan diri sendiri, seperti merasa gagal karena tidak mencapai kesempurnaan yang ditetapkan sendiri. Kondisi ini apabila tidak segera diatasi maka dapat memicu rasa frustasi, stress, atau depresi. 

Ketiga, kecenderungan ingin segalanya sempurna (perfeksionis). Hampir sama seperti poin kedua, sikap perfeksionis seseorang ini akhirnya malah memberi resiko menjadi merasa gagal ketika tidak berhasil, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga, merasa orang lain tidak akan menganggap dirinya, bahkan bisa menjadi burnout.

Baca juga artikel tentang burnout : Apa Itu Burnout

Keempat, sering merasa lega daripada bangga setelah mendapat suatu pencapaian yang dapat menyebabkan mereka terdorong terus melakukan itu, tanpa menjaga diri mereka sendiri.

Kelima, memiliki keragu-raguan yang tinggi. Keraguan ini dipicu juga perasaan takut mengalami kegagalan. 

Keenam, merasa kemampuan diri tidak sesuai dengan kualifikasi perusahaan/instansi ia bekerja. Hal ini juga dapat menjadi penyebab seseorang berjuang menegosiasikan gajinya atau tetap bertahan lama di tempat kerja yang baru lebih lama dari apa yang ia inginkan. 

Beberapa Strategi untuk Menghadapi Impostor Feelings

  1. Pelajari Faktanya (Learn the Facts)

Fokus untuk memikirkan kemajuan yang dicapai saat ini, sekecil apapun. Lebih baik membandingkan kemajuan saat ini dengan pribadi kita di masa lalu, daripada membandingkan diri dengan orang lain. 

  1. Sampaikan Perasaanmu (Share your Feelings)

Sampaikan perasaanmu kepada orang yang Anda percaya. Tujuan menyampaikan perasaan terpendam ini adalah untuk meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri dan melihat berbagai nilai baik dalam diri Anda. Hal ini mampu untuk menurunkan perasaan yang tidak nyaman dalam keseharian Anda. 

  1. Rayakan Keberhasilanmu (Celebrate your Successes)

Kecenderungan orang dengan impostor feelings adalah mengabaikan apresiasi diri saat mencapai keberhasilan. Ada kalanya, keberhasilan yang diraih justru disadari oleh orang sekitarnya daripada diri sendiri. So, bagi yang belum mengapresiasi keberhasilan diri, rayakan lah! 🙂 

  1. Relakan Perfeksionisme (Let go of perfectionism)

Hanya karena prosesmu lebih lama dari orang lain bukan berarti kamu gagal. Seringkali sikap perfeksionis seseorang ini justru memicu mereka merasa gagal apabila tidak memenuhi standar masyarakat. Ketika tidak mencapai standar, bingkai ulang kegagalan Anda sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, serta pada akhirnya akan mendorong Anda mencapai kesuksesan yang dicari. 

  1. Melatih Belas Kasihan Diri Sendiri (Cultivate Self-Compassion)

Self-compassion dilakukan dengan mindfulness. Renungkan dan ingatlah apa saja hal yang membuat Anda merasa takut dan belajar untuk benar-benar baik-baik saja seperti Anda apa adanya, tanpa pencapaian Anda. 

  1. Sampaikan Kegagalanmu (Share your failures)

Diskusi bersama orang yang Anda percayai tentang kegagalan yang Anda alami guna membantu Anda untuk melihat ini secara realistis. Anda juga dapat mengambil pembelajaran dari perjuangan orang lain yang pernah gagal hingga mencapai kesuksesannya. 

  1. Terimalah (Accept it)

Selama Anda berusaha untuk menghadapi perasaan kurang nyaman ini dan mau untuk terus berproses, maka Anda dapat lebih merasa sejahtera. Setelah melakukan setiap tahap ini, bukan berarti impostor feelings tidak akan muncul lagi ya. Apabila muncul lagi, Anda sudah bisa menghadapinya dengan lebih berpikir realistis dan fokus pada hal yang dilakukan sekarang untuk maju.  

So, semoga sharing di atas dapat bermanfaat bagi Anda. Terus berjuang untuk membuat hati ini menjadi plong! Apabila Anda mengalami hal ini dan mengganggu kegiatan sehari-harimu, segera diskusikan ini dengan Psikolog-mu untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam mengatasi ini.

Aplikasi NiceDay dapat diunduh disini: https://www.hatiplong.com/download-aplikasi/

Sumber:

Imposter Syndrome. (n.d). Psychology Today. Diunduh 22 Juni 2022

Understanding Impostor Syndrome. (n.d). Psychology Today. Diunduh 22 Juni 2022

How To Overcome Impostor Phenomenon ? (2021, Juni 1). American Psychological Association. Diunduh 22 Juni 2022

Do You Have Imposter Syndrome (2022, Juni 9). Psychology Today. Diunduh 23 Juni 2022

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line