Share with on:

Apakah Kebahagiaan Merupakan Sebuah Tujuan?

vector dot 1
Apakah Kebahagiaan Merupakan Sebuah Tujuan 1

Menjadi bahagia tampaknya sering dianggap menjadi sebuah tujuan hidup bagi kebanyakan orang. Tidak jarang kita mendengar orang berkata “Aku hanya ingin bahagia” atau “Aku harap suatu saat nanti aku dapat bahagia”. Kalimat-kalimat tersebut diucapkan seolah-olah kebahagiaan merupakan sebuah tujuan yang perlu dicapai. Namun, apakah sebenarnya kebahagiaan merupakan sebuah tujuan hidup? 

Media iklan dan sosial media saat ini seringkali mengglorifikasi konsep “happiness”. Kebahagiaan dibingkai dan dinarasikan sebagai sebuah kondisi hidup ideal, dimana seseorang yang bahagia akan selalu merasa senang dan positif. Hal ini membuat kebanyakan orang menganggap rasa senang atau bahagia merupakan sebuah hal yang seharusnya kita capai dan selalu rasakan, sebaliknya jika kita merasakan emosi lain seperti sedih, marah, dan frustrasi, kita merasa ada hal yang salah dalam hidup kita. 

Pada kenyataannya, manusia tidak diciptakan untuk hanya merasakan emosi senang dan bahagia saja. Manusia memiliki berbagai jenis emosi, mencakup emosi positif dan emosi negatif. Emosi, pada dasarnya merupakan respon dan cerminan dari kondisi fisik, tindakan, pikiran, dan apa yang sedang terjadi disekitar kita. Tentunya beberapa kondisi tersebut terus berubah, sehingga menjadi wajar dan normal pula ketika emosi manusia juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Terkadang kita merasa senang dan bahagia, tapi di lain kesempatan mungkin kita merasa sedih. Seluruh emosi yang kita miliki dan rasakan bersama-sama berkontribusi membentuk pengalaman hidup manusia yang kaya dan bermakna. 

Jika kita memahami bahwa emosi manusia beragam dan terus menerus akan berganti menyesuaikan kondisi-kondisi tertentu (fisik, tindakan, pikiran, kondisi lingkungan), maka menjadikan perasaan bahagia sebagai sebuah tujuan rasanya kurang realistis. Terutama jika yang kita bayangkan sebagai kebahagiaan adalah ketika kita mencapai kondisi kehidupan dimana kita secara konstan merasakan emosi positif. Kenyataannya, seseorang dapat memiliki hidup yang bahagia dan fulfilling meskipun ia tetap merasakan emosi-emosi lainnya. Contohnya saja, seorang orangtua merasakan kebahagiaan dan kebermaknaan dalam hidupnya ketika memiliki dan membesarkan anak, namun disaat yang bersamaan tentu mereka juga merasakan kekhawatiran, rasa takut, frustrasi, dan emosi negatif lainnya. Hadirnya emosi negatif tersebut tidak berarti orangtua tidak menjalani hidup yang bermakna dan bahagia.

Jadi, tampaknya kebahagiaan seharusnya tidak menjadi tujuan. Karena memiliki dan menjalani hidup yg bahagia mencakup pula menerima dan merasakan berbagai ragam emosi yang tidak nyaman.

 

Resources: 

Smith, J. (2022). Why Has Nobody Told Me This Before?. London: Penguin Random House. 

Redaelli, S. (2020). Is Happiness a Goal or a Journey?. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/sonnet-freud/202011/is-happiness-goal-or-journey 

 

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Pustaka Mood Disosiasi (1)
Pustaka Mood Memahami Self harm (1)

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line