Share with on:

Fenomena Backdraft: Apa yang Terjadi Ketika Kita Menerima Kehadiran Emosi?

vector dot 1
Fenomena Backdraft  Apa yang Terjadi Ketika Kita Menerima Kehadiran Emosi

Salah satu kalimat yang sering kita temui dalam pembahasan mengenai kesehatan mental adalah ‘’kita perlu untuk menerima emosi’’. Jika itu tidak dilakukan, terdapat berbagai hal yang diprediksi dapat menyulitkan kita dalam melalui suatu pengalaman, terutama yang menyakitkan atau bahkan berisiko memunculkan masalah psikologis. Di sisi lain, sebetulnya apa sih yang terjadi ketika kita menerima kehadiran emosi? Apakah emosi akan hilang?

Pernah Mendengar Fenoma Backdraft?

Meskipun sudah ‘’diterima’’, biasanya emosi itu tidak begitu saja hilang bahkan mungkin akan menguat. Belum lagi ketika kita mulai masuk dalam tahap mengasihi diri sendiri atau self-compassion, kita sangat mungkin bertemu rasa-rasa sakit yang sempat tersimpan lama. Neff (2022) menyebutnya dengan fenomena backdraft, yaitu istilah pemadam kebakaran yang menggambarkan situasi yang terjadi ketika pintu di rumah yang terbakar dibuka – oksigen masuk dan api menyambar keluar. 

Ketika kita memberikan welas asih pada diri sendiri seperti penerimaan (energi positif masuk), maka rasa-rasa yang membuat tidak nyaman akan terdesak untuk ke luar. Hal ini seringkali ditemui ketika adanya proses validasi emosi saat mendengar seseorang bercerita. Contohnya ketika kita berusaha memahami hal yang ia rasanya dan mengatakan ‘’Sulit rasanya untuk menerima ini yah’’ atau ‘’Ini tentu membuat sedih dan sesak di dada’’, kemudian ia akan mengangguk dan menangis lebih kencang. 

Adanya fenomena backdraft ini mungkin membuat kita bingung. Mengapa ketika emosi diterima malah menguat? Malah semakin nyata rasa sakitnya? Ternyata, begitulah prosesnya. Kembali ke analogi kebakaran. Ketika oksigen masuk dan api menyambar keluar, perlahan ia akan mereda, perlahan ada ruang untuk air dan segala hal yang bisa meredam api bisa ikut masuk karena pintu telah dibuka. 

Bayangkan ketika pintu tidak dibuka. Memang terlihat tidak ada api dari luar, tetapi ia betul-betul membakar habis segala hal yang ada di dalam tanpa mengizinkan bantuan masuk. Inilah analogi ketika kita tidak menerima kehadiran emosi itu. Tutup mata akan hal yang dirasa, sampai lupa bahwa kita telah melukai diri sendiri.  

Tenang, ia akan mereda

Tetap butuh waktu untuk memadamkan api setelah pintu dibuka dan bala bantuan masuk.

Fokuslah pada nafas, kembali grounding, dan lakukan self-care yang memunculkan perasaan nyaman. Emosi adalah salah satu tanda tentang hal yang sebenarnya kita butuhkan. Terima tanda itu. Maka kamu bisa menggunakannya untuk melakukan sesuatu. Apakah kamu sudah mengenali bentuk-bentuk aktivitas yang membuatmu merasa tenang? Terkadang bentuknya sangat sederhana, seperti seperti minum teh atau bermain dengan kucing.  Lihatlah ke dalam dan berikan apa yang diri butuhkan.

 

Referensi:

Neff, K. (2022). Self Compassion. Diakses dari https://self-compassion.org/

Neff, K., & Tirch, D. (2013). Self-compassion and ACT. In T. B. Kashdan, J. Ciarrochi (Eds.) , Mindfulness, acceptance, and positive psychology: The seven foundations of well-being (pp. 78-106). Oakland, CA US: Context Press/New Harbinger Publications

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Pustaka Mood Disosiasi (1)
Pustaka Mood Memahami Self harm (1)

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line