Share with on:

Kasih Sayang: Pembelajaran Penting yang Anak Dapatkan dari Orang Tua

vector dot 1
Kasih Sayang  Pembelajaran Penting yang Anak Dapatkan dari Orang Tua

Anak dan remaja belajar cara menyayangi dan mencintai dari orang tua. Sejak kecil, seorang anak secara natural akan mengobservasi perilaku yang ditunjukkan orang tuanya, yang kemudian hasil observasi tersebut akan menjadi blueprint bagaimana seorang anak mengekspresikan diri, menjalin relasi dengan orang lain, meresolusi konflik, menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Blueprint inilah yang akan mempengaruhi bagaimana si anak akan berperilaku di masa dewasa. Bagaimana cara blueprint bekerja?

Pada dasarnya, kita lebih tertarik pada hal-hal yang familiar karena lebih terasa aman. Jika seorang anak dibesarkan oleh orang tua yang selalu bertengkar, maka ia menjadi familiar bahwa cara berkomunikasi adalah dengan berteriak. Sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan oleh orang tua yang mampu duduk bersama dan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah, ia pun menjadi familiar dengan teknik penyelesaian masalah tersebut.

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Salah satu aspek kehidupan yang paling penting anak pelajari dari orang tua adalah cara menyayangi dan mencintai. Aspek ini menjadi penting, mengingat salah satu tugas perkembangan manusia di masa dewasa muda adalah menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain. Anak yang dibesarkan di keluarga yang hangat, saling menyayangi, dan mampu mengekspresikan cinta, secara natural juga akan tertarik dan menarik orang-orang yang juga dapat mengekspresikan cinta dan memperlakukan kita dengan baik. Hal ini tidak hanya berlaku pada relasi romantis, melainkan juga pada relasi pertemanan. Mari kita bahas lebih rinci mengenai bagaimana anak mempelajari cara memberi dan menerima kasih sayang dari orang lain.

Gelas Cinta Anak Harus Terisi agar Ia Dapat Membagikan Cinta kepada Orang Lain

Ketika kita memiliki uang banyak, akan lebih mudah bagi kita untuk menyumbangkan sebagian uang tersebut daripada ketika kita memiliki uang terbatas. Sama halnya seperti cinta dan kasih sayang—ketika tabungan kasih sayang kita banyak, secara natural akan lebih mudah untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang lain. Gelas cinta dan kasih sayang anak dapat terisi apabila ia mendapatkan perhatian dan validasi, serta menyaksikan bagaimana kasih sayang diungkapkan dalam keluarga secara konsisten. 

Anak dan Remaja Membutuhkan Perhatian dan Kasih Sayang dari Orang Tua secara Konsisten

Perhatian dan kasih sayang yang diberikan lebih dari sekadar perkataan “I love you”, namun juga berbentuk tindakan nyata. Orang tua yang terlibat secara sehat, available, serta tertarik dan peduli terhadap keseharian dan minat anak membuat anak merasa diperhatikan dan disayangi. 

Salah satu contohnya adalah, mungkin hal-hal yang bersifat “anak muda” seperti kesukaan mereka terhadap series TV, artis k-pop, atau fashion tidak terlalu penting bagi orang tua. Namun, hal-hal ini penting bagi anak dan remaja, sehingga penting pula bagi orang tua untuk menaruh perhatian dan ketertarikan terhadap hal-hal itu. Ketertarikan dapat ditunjukkan dengan hal sederhana, namun relevan bagi anak seperti benar-benar mendengarkan cerita anak secara attuned. Penting untuk diingat bahwa relevansi cara orang tua mengekspresikan kasih sayang pada anak juga dipengaruhi oleh usia anak tersebut. Anak usia 8 tahun tentu butuh diperlakukan dengan cara yang berbeda dari anak usia 16 tahun.

Sama halnya ketika anak atau remaja menemui masalah yang orang tua anggap sepele, seperti bertengkar dengan teman. Meski terkesan sepele, bagi anak dan remaja masalah tersebut adalah masalah yang besar. Dengan tetap menaruh perhatian dan menyediakan ruang untuk anak bercerita, sembari memvalidasi emosi yang ia rasakan, anak akan merasa bahwa orang tuanya benar-benar peduli terhadap apa yang ia anggap sebagai masalah. Di lain waktu ketika menemui masalah, anak dan remaja percaya orang tua akan tetap ada untuk mereka dan mendukung mereka untuk melalui hambatan tersebut.

Ketika Anak Dibesarkan dalam Lingkungan yang Penuh Kasih Sayang, Ia akan Belajar untuk Mencintai Sesama Manusia

Pada dasarnya, kasih sayang bukanlah sesuatu yang hanya diusahakan oleh satu pihak saja. Kasih sayang merupakan hal yang timbal-balik, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kasih sayang dalam keluarga tidak terbatas pada hubungan orang tua terhadap anak, melainkan juga dari anak ke orang tua, antar-pasangan, antar-saudara, bahkan di lingkup keluarga besar. Apakah orang tua saling memperlakukan satu sama lain dengan penuh kasih sayang? Apakah orang tua memperlakukan anak-anaknya dengan adil? Apakah orang tua mendorong anak-anaknya untuk saling peduli dan membantu? Mari kita simak cerita yang mengilustrasikan bagaimana orang tua mendorong anak untuk saling peduli terhadap saudaranya:

Benny, seorang remaja berusia 17 tahun diminta oleh mamanya untuk menonton pertandingan bola sang adik, Bobby, di hari Sabtu karena mama harus pergi menemui nenek yang sakit. Benny merasa keberatan karena ia sudah punya janji dengan pacarnya di hari yang sama. Dengan tenang, mama mengingatkan bahwa dulu mama selalu menonton pertandingan bola Benny dan menjelaskan bahwa Bobby butuh seseorang untuk mendukungnya dari bangku penonton. Dengan enggan, Benny pun menonton pertandingan tersebut bersama pacarnya.

Saat pertandingan berlangsung sengit, Bobby mendapatkan kesempatan untuk menendang bola ke gawang namun ternyata tidak masuk ke gawang. Benny terus meneriakkan kata-kata mendukung kepada Bobby dari bangku penonton dan Bobby pun menyadari hal tersebut dari lapangan. Ketika itulah, Benny memahami mengapa penting baginya untuk mendukung sang adik, meskipun awalnya ia tidak tertarik pada pertanding tersebut. Benny pun menyadari bahwa selama menonton pertandingannya di masa lalu, mungkin saja mama juga merasa tidak tertarik terhadap pertandingan bola. Terlepas dari itu, mama dengan sukarela mendukung dan menghadiri seluruh pertandingannya, yang juga baru Benny sadari bahwa kehadiran mama merupakan hal penting baginya kala itu.

Mari kita simak contoh lain bagaimana anak mempelajari kasih-sayang dari cara orang tua memperlakukan satu sama lain:

Saat Hani berusia 8 tahun, ia mengingat masa-masa di mana ibunya sakit parah. Selama beberapa minggu, sang ibu harus terbaring di rumah demi memulihkan kesehatan. Pada masa-masa ini, ayah dengan sabar merawat ibu dengan menyiapkan makanan, membelikan bunga, mengobrol dengan ibu, membantu ibu pergi ke toilet, menyiapkan obat-obatan, atau sekadar menemani ibu menonton TV dalam diam. Terkadang, Hani juga ikut masuk ke kamar tempat ibu beristirahat dan turut menghabiskan waktu bersama orang tuanya di sana.

Ketika beranjak dewasa, Hani baru menyadari betapa perhatiannya ayah terhadap ibu bahkan di masa sulit. Kehangatan yang ia rasakan setelah mengobservasi orang tuanya di masa kecil, membuatnya sadar mengapa memperlakukan orang lain dengan kasih sayang menimbulkan perasaan yang nyaman dan aman. Kelak, Hani pun akan lebih mungkin mencari pasangan yang juga dapat memperlakukannya dengan baik di masa sulit, seperti bagaimana ayah memperlakukan ibu saat sedang sakit.

Kasih Sayang yang Konsisten Merupakan Pondasi dari Berkembangnya Kepribadian yang Sehat

Anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, dukungan, dan rasa aman akan bertumbuh dewasa menjadi individu yang optimis, resilien, dan percaya diri. Hambatan dalam hidup tentu tidak terelakkan, namun mereka bisa menanggapinya dengan cara yang lebih sehat. Selain mampu menunjukkan kasih sayang dan dukungan pada orang lain, individu yang dibesarkan dengan cara seperti ini juga tidak enggan untuk meminta bantuan (reaching out). Seringkali anak yang diabaikan secara emosional saat kecil belajar untuk tidak menjadikan kebutuhannya sebagai prioritas, tidak ingin merepotkan orang lain, atau tidak ingin terlihat lemah. Padahal, tidak ada yang salah dalam meminta bantuan orang lain karena dari situlah bisa terbentuk koneksi, rasa percaya, kepedulian, dan rasa hangat antar manusia.

Referensi :

  • Gibson, L. C. (2015). Adult children of emotionally immature parents: How to heal from distant, rejecting, or self-involved parents. New Harbinger Publications, Inc.
  • Nolte, D. L., & Harris, R. (2002). Teenagers learn what they live: Parenting to inspire integrity and independence. Workman Publishing.

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line