Share with on:

Artikel Pustaka

Psikoedukasi Gangguan Panik

Psikoedukasi Gangguan Panik

Gangguan panik atau kecemasan dapat diartikan sebagai sebuah kecemasan atau ketegangan yang intens dalam waktu singkat. Umumnya, serangan panik muncul secara tiba-tiba, meningkat intensitasnya dan menghilang setelah beberapa menit. Orang yang mengalami serangan panik biasanya tidak paham apa yang terjadi padanya. Ada yang berpikir bahwa mereka mengalami serangan jantung, ada pula yang berpikir kalau mereka kehilangan kesadaran atau kontrol. Seringkali seseorang merasakan dorongan yang kuat untuk kabut dari situasi yang memicu serangan panik. Beberapa gejala fisik yang dirasakan diantaranya jantung berdebar, berkeringat, pusing, merasa tidak nyaman, badan panas, sesak nafas, mual, gemetar, nafas lebih cepat atau sulit konsentrasi.

Konsultasi dengan Psikolog sekarang

Apa itu serangan panik?

Kecemasan dan panik adalah respon fisik terhadap situasi yang menegangkan atau mengancam, seperti ujian SIM atau melakukan presentasi. Jantungmu berdebar lebih cepat, suhu tubuh naik dan kamu merasa kakimu lemah. Tubuhmu mempersiapkan diri untuk merespon dan melakukan sesuatu. Reaksi fisik ini tidak berbahaya. Tekanan darah meningkat, jantung berdebar lebih cepat dan kamu mulai berkeringat. Hal ini bukan berarti kamu akan mengalami serangan jantung atau gila. kamu juga sangat tidak mungkin untuk pingsan karena ketika pingsan tekanan darahmu justru turun, bukan naik.

Lalu mengapa seseorang bisa mengalami serangan panik ketika tidak dalam bahaya? kamu dapat menganggap serangan panik sebagai jenis respons ‘alarm’ yang biasanya hanya berbunyi ketika ada bahaya. Namun, dalam kasus kamu, alarm itu mungkin terlalu sensitif, dan bisa berbunyi ketika tidak ada bahaya ‘nyata’. Serangan panik pertama mungkin begitu menakutkan sehingga kamu secara sadar atau tidak sadar fokus pada apa yang kamu rasakan di tubuh untuk melihat apakah serangan panik lain akan terjadi. kamu akan mulai bereaksi dengan cemas terhadap sinyal apa pun yang dapat mengindikasikan serangan panik. Misalnya, kamu merasa takut ketika jantung kamu berdetak sekali, sementara seseorang yang tidak cemas bahkan tidak akan menyadarinya. Seseorang yang mengalami serangan panik lebih sensitif terhadap sensasi tubuh mereka. Interpretasi dan pikiran mereka yang menakutkan menciptakan reaksi cemas baru, yang menyebabkan gejala fisik yang lebih banyak lagi. Ini menghasilkan siklus serangan panik.

Siklus serangan panik

Serangan panik terdiri dari tiga komponen :

  • kamu akan merasakan sensasi fisik selama serangan panik (jantung berdebar, pusing, tremor)
  • kamu akan memiliki pikiran khawatir tentang sensasi fisik (“oh, tolong, ada yang salah, saya akan pingsan”, “Saya harus segera pulang” atau “Saya akan kehilangan kendali”)
  • kamu akan bereaksi dalam beberapa cara (cepat pulang atau duduk)

Lingkaran ini menyebabkan kamu menjadi sangat takut mengalami serangan panik sehingga kamu kabur atau menghindari situasi. Penghindaran hanya memberikan efek sesaat karena kamu tidak mengalami serangan panik, namun dalam jangka panjang, perilaku ini akan memperburuk gejala kamu dan mempertahankan gangguan panik. kamu tidak akan mengetahui jika kamu mungkin dapat mengatasi kecemasan kamu dan akhirnya semakin menarik diri dari kegiatan sosial.

Penanganan Gangguan Panik

Terapi Kognitif-Perilaku (CBT) dapat membantu kamu mengatasi siklus panik ini dengan menyasar pada setiap komponen yang ada. Maka dari itu, setiap komponennya akan dibahas selama penanganan. kamu akan belajar mengelola rasa takut kamu. kamu tidak mungkin untuk mencegah serangan panik, tetapi ketika serangan itu muncul maka kamu ketakutan kamu berkurang dan frekuensi kemunculan serangannya pun menurun.

Kita mulai dengan mengajari kamu terbiasa dengan sensasi fisik dengan memicu serangan panik secara sadar. Dengan begitu kamu dapat melihat bahwa sensasi itu tidak berbahaya. Setelah beberapa sesi, kita akan mengenali pikiran kamu – misalnya apa yang kamu pikirkan selama serangan panik, dan apa yang kamu takuti. Kita akan menantang pikiran ini bersama-sama dan mencoba melihatnya secara berbeda. Terakhir, kita akan membahas komponen perilaku (reaksi), yaitu perilaku menghindar. Kamu akan berlatih dengan situasi yang menurut kamu sulit atau yang secara aktif kamu hindari, sehingga kamu belajar mengelola kecemasan kamu dibandingkan menghindari situasi tersebut.

Hal yang paling penting akan kamu pelajari selama intervensi adalah hal yang paling kamu takuti tidak akan terjadi.

Artikel lain tentang kecemasan

Sumber  : 

Libraries – Anxiety
Psycho-education panic Disorder

Bagikan artikel ini

curhat line