Share with on:

Artikel Pustaka

Bagaimana Menambah Keuletan

Bagaimana menambah keuletan

Langit tidak selalu biru. Perumpamaan yang sejalan dengan dinamika kehidupan. Hidup tidak mungkin hanya terisi kejadian menyenangkan, bagaimana pun kita mengusahakannya. Ada situasi-situasi sulit yang tidak mungkin kita elak. Maka dari itu, keuletan atau ketangguhan menjadi kemampuan yang perlu kita perhatikan dan kembangkan. Keuletan merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit kembali dari situasi sulit.

Berdasarkan penelitian, terdapat dua komponen utama dari keuletan, yaitu adaptasi dan kesulitan (adversity).

Kesulitan dapat dilihat dari hal-hal sederhana yang kita temui sehari-hari sampai hal besar seperti bencana dan trauma. Terkena macet di jalan dan pekerjaan yang menumpuk maupun sakit keras sama-sama situasi sulit yang dapat terjadi. Selain itu, kesulitan juga sangat subjektif. Batasan setiap orang memberikan reaksi terhadap situasi sulit bisa berbeda-beda. Misalnya A dan B sama-sama mengalami kecelakaan motor dan patah tangan. A melihat kejadian tersebut hanyalah kesialan biasa bagi pengendara motor, sedangkan B melihatnya sebagai peristiwa mengancam dan menghindari mengendarai motor setelah kejadian tersebut.

Adaptasi merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengatasi situasi sulit. Tindakan ini tentunya perlu sesuai dengan situasi sulit yang dihadapi. Situasi yang berbeda-beda bisa memberikan tuntutan penyelesaian yang berbeda. Hal lain yang perlu ditekankan yaitu tindakan yang ditampilkan bisa bervariasi pada setiap orang meskipun menghadapi situasi yang sama. Dua orang pelajar yang akan menghadapi ujian dapat mengembangkan cara belajar yang berbeda dalam mempersiapkan materinya.

Bagaimana membangun keuletan

1. Miliki sumber dukungan yang baik

Tidak semua orang dapat memahami kesulitan yang kita alami. Pernahkah kamu justru mendapatkan respon yang menyepelekan kesulitanmu? Maka dari itu, kamu perlu menyaring dan menemukan orang-orang yang suportif dan penuh kasih. Mereka bisa jadi keluarga atau teman-teman yang sudah kamu kenal bertahun-tahun. Bisa juga komunitas di tempat ibadah atau kelompok dukungan sosial.

2. Kembangkan self-care

Situasi stress dapat memengaruhi secara mental dan fisikmu. Melakukan relaksasi seperti teknik pernapasan bisa membuat tubuhmu merasa lebih nyaman. Self-care bukan hanya berarti memanjakan diri saja. Olahraga teratur dan mengkonsumsi makanan bernutrisi bisa berdampak pada hormon-hormon yang membantu mengatasi stress.

3. Lihat dari perspektif berbeda

Sebuah situasi seringkali menjadi menekan karena perspektif kita sendiri. Kenali gaya berpikir negatif yang seringkali muncul. Bayangkan itu seperti kamu selalu menggunakan kacamata berdebu yang memburamkan penglihatanmu. Coba ganti kacamatamu untuk melihat situasinya dengan lebih jelas dan objektif.

4. Dapatkan bantuan profesional

Ada situasi-situasi yang begitu berat sehingga sumber daya yang kamu miliki di poin sebelumnya pun tidak membantu. Jangan ragu untuk mendapatkan bantuan profesional. Bantuan profesional bukan berarti kamu tidak mampu untuk bangkit, namun justru menunjukkan bahwa kamu mampu mengenali kondisi dirimu.

Sumber

Fletcher, D., & Sarkar, M. (2013). Psychological Resilience. European Psychologist, 18(1), 12–23. doi:10.1027/1016-9040/a000124

https://www.apa.org/topics/resilience

 

Bagikan artikel ini

curhat line