Share with on:

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

vector dot 1
Pustaka Umum Launch 25 Maret 2024 Pengenalan EMDR (1) (1)

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk beberapa isu, simtom-simtom yang dialami atau permasalahan yang sedang dihadapi dapat membaik hanya dengan konseling saja. Namun, pada isu-isu yang lebih kompleks, psikoterapi sangat disarankan.

Psikoterapi

Jika diibaratkan dengan perbaikan rumah, konseling setara dengan melakukan pengecatan pagar yang mengelupas, sedangkan psikoterapi setara dengan melakukan renovasi yang lebih luas. Oleh karena itu, biasanya dalam psikoterapi klien tidak hanya membahas isu yang sedang dihadapi saat ini, tapi juga isu-isu di masa lampau yang terkait. Psikoterapi juga tidak hanya melibatkan conscious thought atau pikiran yang berada pada level kesadaran, tetapi juga subconscious/unconscious atau level bawah sadar. Ada berbagai macam jenis psikoterapi, salah satunya yang akan dibahas pada artikel ini adalah Eye Movement Desensitization and Reprocessing.

Eye Movement Desensitization Reprocessing (EMDR)

EMDR merupakan psikoterapi yang ditemukan dan dikembangkan oleh Dr. Francine Shapiro pada tahun 1987 untuk membantu klien memproses trauma. Dalam prosesnya, klien dibimbing untuk berfokus sesaat pada memori traumatis yang ingin diproses sembari mendapatkan stimulasi bilateral, yaitu stimulus visual, auditori, atau taktil yang diberikan secara ritmis kanan-kiri selama beberapa saat. Seringkali pada EMDR, stimulasi bilateral yang berikan berupa Eye Movement atau gerakan mata dengan cara praktisi menggerakkan jarinya ke kanan dan kiri secara cepat pada bidang pandang klien dan mata klien diminta untuk mengikuti pergerakan tersebut. Apabila klien tidak memungkinkan untuk diberi stimulasi secara visual, maka stimulasi yang diberikan dapat berupa audio bilateral maupun taktil berupa tapping.

Bagaimana EMDR Memproses Trauma?

Berdasarkan model Adaptive Information Processing (AIP) yang sangat terkait dengan bagaimana EMDR bekerja, tiap individu memiliki kapasitas untuk self-healing secara alamiah. Dengan kata lain, tiap orang memiliki kemampuan untuk bangkit lagi setelah terpuruk. Hal ini dapat terjadi ketika pengalaman hidup kita, baik yang positif maupun negatif, telah terproses dengan baik dan dapat tersimpan secara adaptif di otak dan tubuh kita. Pengalaman ini pun dapat terintegrasi dengan pengalaman lain yang serupa dan membentuk persepsi mengenai “Aku” pada seseorang. 

Namun, saat seseorang mengalami kejadian yang mengguncangnya secara psikologis sehingga memicu reaksi aktivasi yang tinggi (hyper-arousal), pengalaman tersebut terhambat untuk diproses dengan baik sehingga tidak dapat tersimpan secara adaptif. Bahkan, memori yang tidak terproses dengan adaptif itu biasanya terkunci dengan gambaran, emosi, pikiran, dan sensasi tubuh yang spesifik sehingga dapat memunculkan reaksi yang sama saat menemui situasi serupa di masa sekarang seolah-olah kejadiannya sama dengan pengalaman mengguncang di masa lalu. Dengan kata lain, the past is the present.

Ketika sistem memprosesan memori diaktifkan, ditambah dengan stimulasi bilateral yang digunakan dalam terapi EMDR, memori yang mengguncang dapat diakses dan otak distimulasi oleh memproses memori tersebut. Selama proses terapi, koneksi-koneksi baru di otak akan terbentuk, sehingga menuju pada resolusi adaptif dan dapat tersimpan secara adaptif pula. Saat memori telah terproses dengan adaptif, komponen negatif dari memori tersebut dapat dinetralkan dan diintegrasikan dengan memori-memori yang lain. The past is in the past, now is the present.

Kasus-kasus yang Terbukti Efektif Ditangani dengan EMDR

Meski EMDR pertama kali dikembangkan untuk menangani kasus Post-traumatic Stress Disorder (PTSD), banyak penelitian membuktikan efektivitas EMDR dalam menangani kasus-kasus seperti gangguan mood (termasuk depresi), gangguan cemas (termasuk fobia spesifik dan performance anxiety), gangguan makan, gangguan somatoform, gangguan kepribadian, gangguan tidur, pain management, adiksi, dan keberdukaan. Untuk beberapa kasus tersebut, protokol EMDR yang lebih spesifik telah dikembangkan.

Siapa yang Dapat Memberi Terapi EMDR?

EMDR hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan mental profesional yang berlisensi, biasanya yang telah mendapatkan minimal pendidikan formal S2 Profesi Psikologi dan telah menjalani pelatihan EMDR dari asosiasi resmi. Di Indonesia, praktisi EMDR biasanya merupakan psikolog yang telah menjalani pelatihan dan supervisi kasus hingga tuntas, serta telah mendapatkan sertifikasi resmi dari EMDR Indonesia yang terasosiasi dengan EMDR Internasional. 


Sumber:

EMDR. (n.d). History of EMDR. Diakses dari https://www.emdr.com/history-of-emdr 

EMDRIA. (n.d.). About EMDR therapy. Diakses dari https://www.emdria.org/about-emdr-therapy/

Gillette, H. (2021, Aug 4). What is EMDR therapy? Diakses dari https://psychcentral.com/health/emdr-therapy#uses

Scelles, C., & Bulnes, L. C. (2021). EMDR as treatment option for conditions other than PTSD: A systematic review. Frontiers in Psychology, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.644369

Valiente-Gómez, A., Moreno-Alcázar, A., Treen, D., Cedrón, C., Colom, F., Pérez, V., & Amann, B. L. (2017). EMDR beyond PTSD: A systematic literature review. Frontiers in Psychology, 8. DOI:10.3389/fpsyg.2017.01668

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Pustaka Mood Disosiasi (1)
Pustaka Mood Memahami Self harm (1)

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line