Share with on:

Esensi dari Healing

vector dot 1
Esensi dari Healing

Saat ini healing merupakan istilah yang cukup sering disebut oleh masyarakat, bahkan pada orang yang awam dengan psikologi sekalipun. Apa yang tercetus di pikiran Anda saat diminta untuk membayangkan definisi healing? Bagi beberapa orang, jalan-jalan ke luar negeri, staycation, shopping, atau perawatan ke salon adalah healing. Dengan kata lain, healing seringkali dikaitkan dengan hal-hal menyenangkan yang membuat kita seakan lupa dengan kepenatan hidup sehari-hari yang dijalani. Dulu kegiatan seperti itu lebih umum disebut sebagai refreshing, yang memang tujuannya membuat kita merasa refreshed setelah mengalihkan fokus dari penatnya hidup kepada sesuatu yang menenangkan pikiran dan fisik, sedangkan healing mencakup kegiatan yang lebih luas dan mendalam daripada refreshing. Jika healing dan refresing berbeda, lalu apa esensi dari healing yang sebenarnya?

Healing Juga Bisa Menyakitkan

Anggapan bahwa healing berarti melakukan hal-hal yang menyenangkan dan menenangkan tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Saat menemui situasi yang memicu stres, teknik self-care seperti relaksasi napas, meminum secangkir teh yang hangat, atau mendengarkan musik meditasi dapat menenangkan tubuh yang cemas. Namun, pada permasalahan yang lebih serius seperti trauma atau gangguan psikologis, teknik self-care yang bertujuan menstabilkan kondisi diri sementara belum tentu dapat memproses akar permasalahan yang sebenarnya. Bagi orang-orang yang mengalami peristiwa traumatis atau sedang menjalani fase hidup yang sulit, menjalani peran sehari-hari bisa jadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, healing juga bisa mencakup mengikuti konseling dengan psikolog dan/atau mengonsumsi obat psikiatri untuk memproses trauma, menambah strategi coping baru, lebih sadar akan apa yang terjadi pada dirinya, dan menjadikan kondisi psikologis lebih stabil. 

Ketika seseorang menjalani konseling, tentu perihal yang dibahas tidak selalu menyenangkan. Kita perlu menemui sisi diri yang paling tidak kita sukai atau memori yang paling membuat kita merasa terpuruk hingga tidak ingin diingat lagi. Meski rasanya tidak nyaman, mengingat dan menyadari apa yang terjadi kala itu menjadi bagian penting dari healing. Coba bayangkan, apabila Anda diminta untuk mengerjakan soal matematika, tentu Anda harus tahu persoalan apa yang sedang dihadapi. Apakah ini soal hitungan sederhana? Trigonometri? Aljabar? Setelah Anda tahu persoalan yang dihadapi, barulah Anda dapat memilih solusi yang tepat untuk menjawab soal tersebut. Lalu bagaimana jika Anda tidak memahami persoalan matematika yang dihadapi? Mau membaca soal sampai berapa kali pun, solusi untuk menemukan jawaban yang tepat tidak kunjung datang. Kondisi ini juga berlaku pada setting konseling psikologis. Apabila Anda tidak tahu apa akar masalah dari isu yang Anda hadapi, tentu proses untuk healing berjalan lebih lambat. Langkah awal memahami apa yang terjadi pada diri dapat membantu Anda untuk menentukan langkah apa yang paling efektif untuk berproses dan healing.

Healing Bukan Berarti Melupakan

Otak manusia didesain sedemikian rupa yang membuat kita mampu memproses banyak informasi dalam suatu waktu. Karena karakteristik otak inilah, manusia juga tidak mudah lupa. Kalaupun tidak sengaja lupa, informasi tersebut sebenarnya ada di otak, hanya saja sedang tidak bisa diakses. Dengan kata lain, healing bukan berarti melupakan masa lalu yang menyakitkan. Healing yang dimaksud adalah proses pembelajaran memahami diri dan menerapkan cara-cara yang efektif agar masa lalu kita tidak mengendalikan seluruh emosi yang dirasakan di masa kini.

Tahap-tahap Healing

Healing memiliki tahap-tahap yang prosesnya bisa dilalui berbeda pada tiap orang. Setelah melalui tahap tertentu, mungkin saja ada kejadian baru yang membuat kita kembali pada tahap sebelumnya yang telah kita lalui. Bahasan tahap-tahap yang akan dibahas di bawah ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang gambaran umum perjalanan yang seseorang tempuh ketika healing.

Tahap 1: Ketidaksadaran 

Tahap ini merupakan tahap yang paling tidak nyaman dibandingkan tahap-tahap lainnya. Pada tahap ini, Anda merasakan ketidaknyamanan yang luar biasa, sulit beraktivitas sehari-hari, sering merasakan emosi negatif, dan memiliki hambatan dalam mengekspresikan emosi atau berinteraksi sosial. Terlebih lagi, Anda tidak paham apa yang sedang Anda lalui dan mengapa Anda bisa merasa buruk seperti ini. Ketika tidak tampak jalan keluar yang tepat karena belum adanya pengetahuan, bisa saja Anda merasa putus asa dan takut akan menjadi seperti ini selamanya.

Tahap 2: Kesadaran 

Dengan menyadari isu yang kita miliki, tahap 1 otomatis terlewati dengan kelegaan tersendiri karena pada dasarnya manusia tidak menyukai situasi yang tidak bisa mereka pahami. Namun, pengetahuan baru yang kita dapatkan pada tahap ini juga bisa terasa overwhelming. Tidak jarang rasa marah, kecewa, sedih, atau menyesal hadir. Pada tahap ini kita telah mengetahui akar permasalahan yang kita miliki, namun belum mengetahui apa yang bisa kita lakukan untuk menanggapinya.

Tahap 3: Menambah Pengetahuan, Eksplorasi, dan Pembelajaran

Pada tahap ini, Anda mengeksplor dan mempelajari penyebab, dampak, dan hal yang bisa dilakukan dalam menanggulangi trauma atau permasalahan psikologis yang dialami. Dengan adanya pengetahuan baru, Anda memiliki framework yang lebih jelas tentang diri Anda sendiri. Bak mengerjakan puzzle, perlahan-lahan Anda menyangkut-pautkan satu informasi dengan informasi lain hingga memiliki gambaran yang elaboratif dan komprehensi mengenai diri Anda.

Tahap 4: Berlatih, Mengintegrasikan, dan Mengimplementasikan

Seiring berjalannya proses healing, Anda akan mempelajari berbagai cara baru untuk menghadapi emosi negatif yang dirasakan. Cara-cara ini diimplementasikan di kehidupan sehari-hari dan kenali apa yang berbeda dari kehidupan Anda setelahnya. Efektivitas dari sebuah strategi dapat berbeda-beda pada tiap orang. Ketika Anda telah menemukan strategi coping yang efektif dan tampak ada perubahan pada cara Anda menanggapi emosi tidak menyenangkan, maka Anda pun akan lebih merasa percaya diri, merasa lebih kuat, dan lebih resilien.

Tahap 5: Bertransformasi

Dalam proses trial-error yang dijalani saat mengimplementasikan strategi atau keterampilan baru untuk menstabilkan kondisi diri dan memproses isu yang mendalam, perlahan Anda akan menyadari bahwa Anda telah berubah. Anda mulai merasa bisa menanggapi permasalahan dengan lebih efektif, merasa lebih bahagia, dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang kita miliki di masa lalu. Anda telah belajar bagaimana caranya membuat diri merasa aman, mengekspresikan perasaan dengan sehat, memenuhi needs, dan menetapkan boundaries yang sehat.

Tahap 6: Kesadaran Spiritual

Pada tahap ini, Anda akan merasa koneksi diri dengan inner-self makin ajeg. Meskipun ada peristiwa negatif yang mengingatkan Anda terhadap isu yang dulu kita alami, Anda tidak lagi bereaksi seperti saat Anda belum memulai perjalanan healing. Sekarang fokus Anda tidak lagi terarah pada masa lalu yang disesali atau masa depan yang dicemaskan, melainkan fokus pada masa kini. Anda dapat menjalin koneksi emosional yang tulus dengan orang-orang di sekitar Anda, terutama support system. Pada akhirnya, Anda merasakan inner peace yang sesungguhnya.

Healing adalah Sebuah Proses dan Tidak Instan

Ketika permasalahan psikologis telah dialami selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya, tentu akar permasalahan tidak dapat diurai dalam satu kali konseling dengan psikolog. Healing adalah sebuah proses atau perjalanan yang membutuhkan komitmen dan kesiapan karena prosesnya belum tentu linear—terkadang kita akan mengalami fase jatuh lagi, lalu bangkit lagi. Perkembangannya pun sangat tergantung dari jenis permasalahan yang dihadapi dan karakteristik individu yang terlibat. Oleh karena itu, apabila Anda mengalami fase jatuh lagi selama proses healing, jangan langsung menganggap bahwa proses healing yang sedang berjalan adalah sebuah kegagalan. Jatuh-bangun atau trial-error merupakan bagian lumrah dari perjalanan healing itu sendiri.

 

Sumber:

Chapple, S. (2021). How to heal your inner child: Overcome past trauma and childhood emotional neglect. Sheldon Press.

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Pustaka Mood Disosiasi (1)
Pustaka Mood Memahami Self harm (1)

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line