Share with on:

Menatap Senja dengan Pikiran Sehat: Menjaga Kesehatan Mental Lansia Indonesia

vector dot 1
Blog Menatap Senja (1)

Indonesia sedang mengalami lonjakan populasi lansia yang luar biasa. Di balik meningkatnya angka harapan hidup, tersembunyi tantangan yang menyelimuti: kesehatan mental orang tua kita. Artikel ini bukan sekadar pengingat, tetapi seruan untuk bersama-sama memahami, mencegah, dan menjaga kesehatan mental para lansia Indonesia.

Membuka Mata: Memahami Realita Kesehatan Mental Lansia

Tahukah Anda? Sebuah studi tahun 2020 dari Universitas Indonesia mengungkapkan fakta yang mengejutkan: hampir setengah (46,28%) lansia Indonesia mengalami stres, 31,72% menderita depresi, dan 33,69% bergelut dengan insomnia. Faktor-faktor seperti menurunnya kesehatan fisik, isolasi sosial, dan hilangnya peran sosial dapat memicu kondisi ini.

Melampaui Usia: Memahami Penyebabnya

  • Kesehatan Fisik: Kondisi kesehatan kronis dan kemampuan fisik yang menurun dapat memicu stres dan depresi.
  • Isolasi Sosial: Terputus dari lingkaran sosial, kehilangan pasangan, atau anak yang tinggal jauh dapat memicu kesepian dan ketidakbahagiaan.
  • Kegelisahan Finansial: Kecemasan finansial, terutama bagi lansia tanpa penghasilan tetap, dapat menjadi sumber stres.
  • Stigma: Stigma seputar kesehatan mental masih kuat di masyarakat, seringkali mencegah lansia untuk mencari bantuan profesional.

Pencegahan adalah Kunci: Menjaga Hati Tetap Ceria

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental para lansia:

Menjembatani Generasi

  • Mengatasi Kesenjangan Generasi: Jalin hubungan yang lebih erat antar generasi. Dorong cucu untuk mengunjungi dan menghabiskan waktu bersama kakek nenek mereka, berbagi cerita dan menciptakan kenangan menyenangkan bersama.
  • Merangkul Teknologi: Manfaatkan teknologi seperti panggilan video atau platform media sosial untuk terhubung dengan lansia yang mungkin tinggal jauh, mengatasi kesepian dan menumbuhkan rasa terhubung.
  • Membangun Jaringan Dukungan: Dorong lansia untuk terlibat dalam aktivitas komunitas, pusat lansia, atau kelompok keagamaan. Interaksi sosial ini dapat mengatasi isolasi dan memberikan dukungan emosional.


Mengaktifkan Pikiran dan Tubuh

  • Merangkul Pembelajaran Seumur Hidup: Dorong lansia untuk mengejar minat mereka dan terlibat dalam stimulasi mental. Anjurkan kegiatan seperti membaca, menghadiri kuliah, atau mempelajari keterampilan baru, agar pikiran mereka tetap aktif dan tajam.
  • Tetap Aktif Secara Fisik: Aktivitas fisik secara teratur, bahkan jalan kaki ringan atau olahraga ringan, dapat secara signifikan meningkatkan suasana hati, tingkat energi, dan fungsi kognitif pada lansia.
  • Menggali Minat Kreatif: Dorong lansia untuk mengekspresikan diri melalui hobi seperti melukis, berkebun, atau menulis. Aktivitas kreatif dapat meningkatkan harga diri, memberikan rasa tujuan, dan mengurangi stres.


Membangun Ketahanan Mental

  • Teknik Mindfulness dan Relaksasi: Kenalkan lansia dengan praktik seperti meditasi atau yoga, yang dapat membantu mengelola stres, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
  • Promosikan Pemikiran Positif: Dorong lansia untuk fokus pada aspek positif kehidupan, melatih rasa syukur, dan mengingatkan mereka tentang kekuatan dan pencapaian mereka.
  • Cari Bantuan Profesional: Jika Anda melihat perubahan signifikan dalam suasana hati, perilaku, atau kemampuan kognitif, dorong untuk mencari bantuan profesional dari terapis atau psikiater yang berspesialisasi dalam kesehatan mental geriatri.


Melawan Stigma, Memperjuangkan Perubahan

  • Buka Percakapan: Hancurkan keheningan seputar kesehatan mental. Adakan percakapan terbuka dan jujur dengan orang-orang yang Anda sayangi tentang tantangan kesehatan mental, normalkan pencarian bantuan, dan sampaikan kekeliruan yang ada.
  • Penjangkauan Masyarakat: Tingkatkan kesadaran di masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental pada lansia. Selenggarakan lokakarya, kampanye edukatif, atau kelompok dukungan untuk meningkatkan pemahaman dan menghapus stigma.
  • Advokasi Perubahan: Dukung kebijakan dan program yang memprioritaskan layanan kesehatan mental bagi lansia, membuat perawatan berkualitas menjadi terjangkau dan dapat diakses oleh semua orang.

 

Melampaui Keluarga dan Komunitas: Menjembatani Kesenjangan Perawatan dengan HatiPlong

Meskipun dukungan keluarga dan masyarakat sangat penting, layanan profesional seperti HatiPlong menjembatani kesenjangan dalam hal perawatan kesehatan mental yang berkualitas bagi para lansia di Indonesia. Tim psikolog kami yang berpengalaman menawarkan pendekatan pengobatan yang profesional, berbasis bukti, dan berempati. Menyadari tantangan mobilitas dan stigma yang terkadang dihadapi oleh para lansia, HatiPlong menyediakan pilihan yang fleksibel, memastikan kenyamanan dan akses yang mudah untuk semua. Di luar terapi, pendekatan HatiPlong bersifat komprehensif.


Jangan Ragu, Ambil Tindakan

Jika Anda melihat tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada orang tua Anda, seperti perubahan suasana hati, kehilangan minat pada kegiatan yang dulu disukai, kesulitan tidur, atau perasaan putus asa, jangan ragu untuk mengambil tindakan. Ingat, HatiPlong siap membantu. Hubungi kami di +62 857-3856-4594 atau kunjungi situs web kami di www.hatiplong.com untuk konsultasi dengan psikolog berpengalaman yang memahami tantangan yang dihadapi lansia.


Bersama HatiPlong, Wujudkan Senja Ceria

Mari bergandengan tangan dengan HatiPlong untuk menciptakan senja yang penuh kebahagiaan bagi para lansia kita. Jangan takut mencari bantuan ketika dibutuhkan. Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik bagi lansia. Mari ciptakan lingkungan yang inklusif dan penuh kepedulian, di mana senja Indonesia diwarnai dengan warna-warna cerah dan sukacita.

Referensi:

  • Safitri, R. A., & Damayanti, N. (2020). Indonesian Older Adults’ Mental Health: An Overview. Proust, 1(2), 107-116.
  • Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2020). Profil lansia Indonesia 2020

Bagikan artikel ini

Posting Terbaru

Pustaka Mood Disosiasi (1)
Pustaka Mood Memahami Self harm (1)

Anda mungkin juga menyukainya

illustration right side 1
curhat line