Depresi

Melatih Resiliensi: Cara Meningkatkan Kemampuan Diri untuk Pulih dari Tantangan dan Keterpurukan dalam Hidup.

Resiliensi merupakan sebuah proses dan hasil ketika seseorang berhasil beradaptasi dan bangkit kembali dari pengalaman hidup yang sulit atau penuh tekanan. 

Proses resiliensi dapat menjelaskan mengapa ada beberapa orang yang terpuruk dan menyerah ketika dihadapkan dengan pengalaman hidup yang sulit, sedangkan beberapa orang lain dapat bangkit kembali  dari pengalaman sulit tersebut. 

Beberapa peneliti berpendapat bahwa resiliensi merupakan keterampilan bawaan seseorang yang diturunkan melalui genetik, namun peneliti lain berpendapat kalau kita dapat melatih otak kita untuk menjadi lebih resilien. Otak memiliki mekanisme tersendiri untuk bangkit kembali dari kesulitan dan tantangan hidup. Dengan sedikit usaha, kita ternyata dapat meningkatkan kemampuan otak kita untuk pulih dari keterpurukan hidup.

Berikut merupakan 6 strategi melatih otak kita agar lebih resilien:

  • Make meaning out of your hardship. Maknai kesulitan yang kita hadapi

Orang-orang resilien berusaha memaknai pengalaman sulit yang mereka hadapi atau lewati. Mereka tidak berlarut-larut menangis dalam keputusasaan, dan berusaha mencari solusi dari masalah yang ada. 

  • Practice Mindfulness 20-30 menit setiap harinya

Melatih kesadaran penuh kita dapat dilakukan dengan betul-betul merasakan dan mengamati dengan fokus apa yang terjadi dengan diri kita saat ini dan di sini, tanpa perlu memberikan reaksi apapun. 

  • Mempertahankan pola pikir positif dan secara rutin menunjukkan rasa syukur

Dua hal ini diketahui merupakan strategi yang sangat bernilai untuk membangun resiliensi. Dengan membangun pola pikir positif dan secara rutin bersyukur hal ini dapat meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup, serta menurunkan kecemasan seseorang dan mengarahkan pada resiliensi yang lebih kuat. 

  • Menuliskan interaksi, peristiwa, dan memori positif

Menuliskan interaksi, peristiwa, dan memori positif yang kita alami, pengalaman-pengalaman tersebut menjadi lebih bernilai dan bermakna. Proses menuliskan hal-hal positif ini juga akan memberikan emosi positif bagi kita dan melatih otak kita untuk menyadari dan mengingat lebih banyak hal positif. 

 

Resources

Harvard Business School. (2017). Resilience. Boston, Massachusetts: Harvard Business Review Press.

American Psychological Association. (2020, May 11). Resilience. Retrieved from American Psychological Association: https://www.apa.org/topics/resilience

Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

2 months ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

2 months ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

2 months ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

2 months ago