Categories: BerbagiBlog Psikologi

Menghadapi Overthinking

Apakah aku harus mengambil pekerjaan ini? Apa yang akan terjadi jika aku mengiyakannya? Apa yang terjadi bila aku menolaknya? Mungkinkah aku malah akan melewatkan kesempatan lain?

Pernah berpikir seperti itu? Saya pun pernah. Belakangan ketika memasuki usia dewasa, lingkungan pertemanan dan klien yang ditemui seringkali mengeluhkan mengenai overthinking. Overthinking merupakan gaya berpikir yang terus menerus menganalisa sebuah pikiran — atau tenggelam dalam pikiran tersebut. Studi, pekerjaan, relasi, segala hal dipikirkan dengan berlebih. Pikiran-pikiran seakan menjadi tidak bisa dikendalikan.

Konsultasi psikologi online dengan Karina Devany, M. Psi

Perubahan ke masa dewasa ditandai dengan perubahan proses kognitif yang semakin matang. Seseorang membuat keputusan menggunakan proses berpikir yang lebih kompleks dibandingkan tahap perkembangan sebelumnya. Analisis masalah berdasarkan pertimbangan yang lebih akurat dibandingkan emosi semata.

Hal ini tentunya upaya yang adaptif karena semakin beranjak dewasa, seseorang memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi atas pilihan-pilihan yang dilakukannya. Misalnya memilih pasangan hidup atau manajemen keuangan. Apakah orang ini memiliki visi yang sama dengan saya? Apakah investasi di tempat ini akan menguntungkan untuk saya dalam jangka waktu panjang?

Kita tentu dapat menilai bahwa pilihan ini tidak cukup dilakukan dengan mengikuti instinct saja. Seseorang perlu menganalisis opsi dan situasi yang ada untuk menentukan pilihan yang tepat. Mempertimbangkan konsekuensi apa yang akan dihadapi dari setiap pilihan.

Jika berpikir dan menganalisa itu perlu, lalu mengapa overthinking bisa berbahaya?

Bayangkan perbedaan seseorang yang berenang dan tenggelam ketika berada di laut. Ketika kamu berenang, kamu menguasai situasi yang kamu miliki. Sesekali ada ombak namun kamu bisa mengatasinya. Sebaliknya ketika tenggelam, kamu tidak berdaya di tengah air. Kamu berusaha meronta yang membuatmu tenggelam semakin dalam dan akhirnya kelelahan.

Seperti halnya pikiran-pikiran yang kita pikirkan. Beberapa hal memang perlu pemikiran dan analisa yang rinci karena hal ini membantu kita mengantisipasi dan membuat rencana atas hal yang mungkin terjadi. Akan tetapi  jika terlalu banyak hal yang terus menerus dipikirkan justru hasilnya bisa menjadi kontra produktif. Usaha menganalisa secara berlebihan bisa menimbulkan perasaan cemas, tertekan, sakit kepala, sulit konsentrasi dan sulit tidur. Jika tidak dikelola dengan baik tentunya hal ini dapat memicu masalah psikologis yang lebih serius.

Ya, semakin banyak tanggung jawab dan peran maka semakin kompleks proses berpikir yang kita lakukan. Meski begitu, kita perlu mengelola diri ketika sudah mulai overthinking dan tenggelam dalam pikiran. Mari kita kenali sejauh mana kita perlu menganalisis dan sebanyak apa fakta yang perlu kita miliki untuk membuat keputusan. Kita juga bisa belajar memahami dan menerima situasi yang berada di luar kendali kita.

Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

1 month ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

1 month ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

1 month ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

1 month ago