Kesepian: Apakah Kamu Pernah Merasakannya?

Sendiri tidak selalu sepi, tetapi ada saat-saat dimana kesendirian rasanya menguras energi. Pernahkah kamu ada dalam kondisi seperti ini? 

Loneliness atau kesepian sebenarnya adalah pengalaman yang universal dan bisa dibilang umum dirasakan oleh seorang manusia. Hal ini karena kita memiliki kebutuhan untuk terkoneksi satu dengan lainnya agar dapat menjalani kehidupan dengan baik. Ditambah lagi ketika menjalani pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita menjaga jarak fisik (tentu berdampak pula pada jarak sosial) dalam waktu yang cukup panjang. Meski umum dirasakan, ketika kadar dari kesepian ini terlalu tinggi, tentu hal itu dapat mengganggu kehidupan kita, baik secara fisik maupun mental (Ercole & Parr 2019). 

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Beberapa orang walaupun sedang sendirian, ia tidak merasa kesepian. Akan tetapi, ada situasi dimana seseorang berada dalam keramaian tetapi merasa kesepian. Dalam bukunya yang berjudul Loneliness: a sourcebook of current theory, research and therapy, Peplau dan Perlman (1982) mendefinisikan loneliness sebagai perasaan tidak menyenangkan yang dihasilkan dari persepsi individu atau kekurangan yang nyata akan kualitas atau kuantitas dari hubungan sosialnya. Meski sudah lama, tetapi defisini ini masih relevan digunakan untuk menjelaskan fenomena kesepian yang bisa dilihat dari dua sudut pandang, yaitu karena ‘’persepsi’’ atau ‘’kenyataan’’akan kurangnya relasi sosial. Kesepian juga berbeda dengan solitude, yaitu kondisi yang positif dan kondusif ketika seseorang sendirian, umumnya ia merasa mendapat ide-ide kreatif dan juga bertumbuh secara personal. 

Dari sini, kitapun menjadi lebih sadar bahwa ada sisi subjektivitas yang besar untuk menjelaskan kesepian yang dirasakan. Bukan berarti ketika kita melihat bahwa seseorang dikelilingi banyak orang, maka ia akan terbebas dari perasaan tidak nyaman ini. 

Mari kita lebih dekat dengan diri sendiri. Mungkin kita pernah rasakan beberapa hal dari poin-poin di bawah ini.

  • Kesepian yang disebut respon normal dan bersifat sesuai situasi (situational loneliness) dan kesepian yang disebut trait loneliness, biasanya terus dirasakan dalam waktu yang panjang dan mempengaruhi kepribadian.
  • Kesepian terasa karena adanya diskrepansi antara harapan atau standar personal kita terhadap relasi sosial dengan situasi yang kita alami dalam kenyataannya.
  • Kesepian yang dirasakan tidak pada seluruh aspek kehidupan tetapi spesifik pada konteks tertentu seperti family loneliness, friendship or social loneliness, dan romantic atau emotional loneliness.
  • Emotional loneliness, yaitu kesepian yang dirasakan ketika merasa tidak dicintai, tidak disayangi, tidak diterima, dan tidak dimengerti dalam relasinya dengan orang lain.
  • Social loneliness, yaitu merasa tidak terintegrasi dengan komunitas sosial di sekitarnya.

Cacioppo et al. (2015) menjelaskan pentingnya memahami ‘’kesepian seperti apa’’ yang kita rasakan. Hal ini nantinya membantu dalam menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi rasa tidak nyaman tersebut. Masi et al. (2011) menjelaskan bahwa saat ini ada empat kategori besar penanganan atas rasa kesepian, yaitu (i) mengembangkan keterampilan sosial, (ii) menambah sumber dukungan sosial, (iii) meningkatkan kesempatan untuk menjalin interaksi sosial, dan (iv) mengidentifikasi pola pemikiran yang maladaptif atau tidak rasional mengenai suatu relasi.

Apakah kamu merasa sulit untuk menentukan jenis kesepian yang terasa akibat saking tidak nyamannya perasaan itu? Atau karena saking seringnya itu terjadi? 

Jika sudah merasa tidak bisa dihadapi sendiri, jangan ragu untuk minta bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater, yah. Itu adalah satu langkah nyata untuk menambah sumber dukungan sosial yang tepat. 

Sumber :

Cacioppo, S., Grippo. A.J., London, S., Goossens, L., Caciopp, J.T. (2015) Loneliness: clinical import and interventions. Perspect Psychol Sci. 10(2):238–249

Ercole, V., & Parr, J. (2019). Problems of Loneliness and Its Impact on Health and Well-Being. Good Health and Well-Being, 1–12. doi:10.1007/978-3-319-69627-0_127-1 

Masi, C.M., Chen, H.Y., Hawkley, L.C., Caciopp,  J.T. (2011). A meta-analysis of interventions to reduce loneliness. Personal Soc Psychol Rev. 15(3):219–266

Peplau, L.A. & Perlman, D. (1982). Loneliness: a sourcebook of current theory, research and therapy. Wiley-Interscience, New York

Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

1 month ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

1 month ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

1 month ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

2 months ago