Burnout

Rasa Malu dan Bersalah Saat Burnout

Rasa malu dan bersalah adalah perasaan umum bagi orang yang mengalami burnout (Apa itu burnout). Misalnya, kamu mungkin merasa malu dengan keluhan kamu atau merasa bersalah terhadap atasan atau rekan kerja kamu ketika tidak dapat bekerja dengan maksimal. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan apa itu rasa malu dan bersalah dan sejauh mana keduanya berperan dalam burnout.

Rasa Malu

Malu adalah emosi yang bisa kamu alami ketika kamu merasa ada evaluasi negatif secara global atau umum pada diri kamu. Ketika kamu merasa malu, akan sesuatu, seperti kelelahan atau gejala tertentu yang kamu alami tetapi kamu sembunyikan agar orang lain tidak tahu.

Ketika kamu menyembunyikan gejala/keluhan tertentu karena malu, orang lain tidak akan menyadari bahwa kamu merasa tidak nyaman, seperti rendah diri. Oleh karena itu, mereka tidak dapat membantu kamu ketika kamu benar-benar membutuhkannya. Contohnya, kamu merasa kewalahan dengan semua tugas yang kamu miliki atau ternyata kamu kehilangan daftar tugas. Di sisi lain, tenggat waktu penyelesaiannya sudah semakin dekat. Jika kamu malu bertanya, rekan kerja kamu akan cenderung tidak menawarkan bantuan atau menanyakan kabar kamu. Perasaan malu sebenarnya dapat memastikan bahwa masalah kamu akan tetap ada atau bahkan semakin memburuk.

Rasa malu yang sehat adalah ketika kamu dapat mengevaluasi ketika ada kekurangan dalam diri kamu, tetapi masih tergerak untuk dapat memperbaikinya, termasuk dengan meminta bantuan. 

Rasa Bersalah

Rasa bersalah adalah perasaan tidak nyaman yang muncul segera setelah kamu melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contohnya, ketika kamu berpikir telah melanggar stkamur mora tertentu, maka rasa bersalah adalah penilaian negatif dari perilaku tersebut.

Ketika kamu merasa bersalah, hal ini secara otomatis dapat memotivasi kamu untuk meningkatkan/memperkuat ikatan dengan orang lain, sekali lagi, menunjukkan komitmen dan rasa tanggung jawab kamu. Akan tetapi, tingkat rasa bersalah yang berlebihan dapat mengganggu dan, dalam beberapa kasus, menyebabkan tekanan psikologis dan fisik.

Hubungi kami jika Anda menginginkan bantuan untuk mengatasi burnout

Rasa bersalah di tempat kerja

Perasaan bersalah sering muncul setelah kamu memiliki pikiran negatif tentang diri sendiri atau orang lain atau setelah kamu memperlakukan orang lain secara negatif. Beberapa orang melihat perilaku mereka sebagai cerminan langsung dari diri/fungsi mereka dan tidak melihat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ini (seperti keadaan). Hal ini membuat mereka menyalahkan diri sendiri. Akibatnya, mereka mengembangkan perasaan gagal dan kehilangan harga diri. Misalnya, seorang kolega memiliki masalah di rumah dan karena itu menjadi pemarah, tetapi kamu menghubungkan reaksi marah tersebut karena kamu tidak becus bekerja. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Selain itu, rasa bersalah yang berlebihan dapat membuat kamu merasa kurang dibandingkan dengan orang lain. Hal ini dapat membuat kamu menjadi orang yang tidak hangat (tidak mau dekat  dengan orang lain) atau malah ingin melebih-lebihkan minat untuk dekat dengan orang lain. Demi mendapat penerimaan itu, kamu akhirnya begitu keras berusaha dan hal ini rentan menyebabkan burnout. 

Semakin banyak rasa bersalah yang kamu alami, semakin besar peluang kamu untuk mengalami burnout. Kamu akan melakukan lebih banyak upaya dan kompensasi berlebihan, yang membutuhkan kerja keras dan akan menghabiskan energi kamu.

Sumber:

Baumeister, R. F., Stillwell, A. M., & Heatherton, T. F. (1994). Guilt: an interpersonal approach. Psychological bulletin, 115(2), 243.
Maslach, C., & Jackson, S. E. (1985). The role of sex and family variables in burnout. Sex roles, 12(7-8), 837-851.
Olivares‐Faúndez, V. E., Gil‐Monte, P. R., & Figueiredo‐Ferraz, H. (2014). The mediating role of feelings of guilt in the relationship between burnout and the consumption of tobacco and alcohol. Japanese Psychological Research, 56(4), 340-348.
Pineles, S. L., Street, A. E., & Koenen, K. C. (2006). The differential relationships of shame–proneness and guilt–proneness to psychological and somatization symptoms. Journal of Social and Clinical Psychology, 25(6), 688-704.
Price, D. M., & Murphy, P. A. (1984). Staff burnout in the perspective of grief theory. Death education, 8(1), 47-58.
Rabasa, B., Figueiredo-Ferraz, H., Gil-Monte, P. R., & Llorca-Pellicer, M. (2016). The role of guilt in the relationship between teacher’s job burnout syndrome and the inclination toward absenteeism. Revista de Psicodidáctica, 21(1), 103-119.
Tangney, J. P., Stuewig, J., & Mashek, D. J. (2007). Moral emotions and moral behavior. Rev. Psychol., 58, 345-372.

Artikel asli : Shame and guilt with a burnout

Tim HatiPlong

Published by
Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

2 months ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

2 months ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

2 months ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

2 months ago