Berteman Dengan Mantan? Karena Hormat Atau Cemas?

Mengakhiri hubungan bukanlah hal yang mudah. Layaknya, semua mimpi yang sudah kita pegang, keintiman, security, dan banyak hal indah lainnya harus dibuang begitu saja. Apapun alasan seseorang mengakhiri hubungan, tidak bisa dipungkiri bahwa pasti ada pihak yang tersakiti. Lalu kenapa beberapa orang memutuskan untuk berteman dengan mantan pasangan? Bukankah mereka sudah merasa disakiti oleh mantan mereka?

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Kenapa beberapa orang berteman dengan mantan?

Beberapa dari kita mungkin memutuskan untuk berteman dengan mantan sebagai sebuah formalitas untuk tetap menghargai mereka dengan menjaga hubungan baik. Namun ternyata beberapa orang memutuskan untuk berteman dengan mantan karena hasrat (romantis) yang tidak tersalurkan. 

Tidak sedikit yang memilih untuk berteman dengan mantan karena merasa takut akan kesepian, takut kehilangan figur yang dapat melindungi, dan takut akan kehilangan keintiman yang dimiliki. Alasan-alasan tersebut merefleksikan ketakutan dan kecemasan yang dirasakan ketika hubungan berakhir.  Biasanya, orang-orang yang memilih untuk berteman dengan mantan karena alasan-alasan di atas, mereka cenderung memiliki gaya kemelekatan yang anxious

Ada apa dengan si “anxious attachment”?

Bila seseorang memiliki gaya kelekatan yang anxious, biasanya mereka akan kesulitan mempercayai orang lain, sering ketakutan dan menganggap bahwa ada kemungkinan besar bahwa dirinya akan ditinggalkan. Oleh karena itu, orang dengan gaya kemelekatan ini, terlihat lebih clingy, posesif, dan ingin lengket pada pasangannya, karena kecemasannya.

Bagi orang-orang yang memiliki gaya kemelekatan ini, putus cinta bisa menjadi hal yang sangat menyakitkan. Biasanya dukungan yang dimiliki orang dengan anxious attachment relatif sedikit. Hal ini menjadikan mereka haus akan dukungan dan keberadaan orang lain karena mereka merasa akan sulit untuk menemukan seseorang yang mencintai mereka. Maka dari itu, berteman dengan mantan kekasih merupakan jalan keluar terbaik untuk meredakan kecemasannya. Hal ini sebenarnya tidak sehat, karena motivasi dibalik pertemanan bukanlah untuk menjaga relasi dan didasari rasa hormat akan satu sama lain, namun karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi dan tersalurkan. 

Apakah saya si “anxious attachment”?

Anxious attachment sendiri tidak diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa, namun banyak orang yang merasa perilaku-perilaku yang disebabkan gaya attachment ini cukup merepotkan, terutama dalam hubungan. Jika Anda merasa memiliki kecenderungan seperti gaya kemelekatan ini, dan hal ini membuat Anda merasa terganggu, maka dukungan profesional dapat membantu untuk mengurangi kecemasan dan kekhawatiran Anda, terutama dalam hubungan atau relasi. Psikolog biasanya dapat membantu Anda melalui terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau Interpersonal Therapy (IPT), yang biasanya dapat membantu Anda untuk mengurangi dampak negatif dari gaya kelekatan anxious dan meningkatkan kualitas hubungan Anda, baik hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan. IPT bertujuan membantu Anda untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dan membangun hubungan, sedangkan CBT bertujuan untuk mengganti pola pemikiran negatif yang meningkatkan kecemasan dalam sebuah hubungan.

HatiPlong For You

Memiliki anxious attachment style bukanlah hal yang menyenangkan untuk dimiliki. Setiap orang dengan gaya kemelekatan ini biasanya mudah cemas dan memiliki pemikiran yang negatif terhadap hubungannya (baik hubungan dengan teman, keluarga, atau pasangan. Hal ini dapat mengganggu well-being karena kecemasan berlebih dapat menurunkan kualitas hubungan. Namun, berita baiknya adalah hal ini dapat diatasi. Dengan mencari bantuan profesional seperti layanan Psikolog, gaya attachment Anda dapat diubah, sehingga kecemasan Anda terhadap sebuah hubungan dapat diturunkan. Psikolog HatiPlong akan siap mendengarkan cerita Anda dan memberikan penanganan yang tepat untuk membantu meningkatkan kualitas hidup Anda.

Lihat artikel psikologi lainnya

Referensi: 

Griffith, R. L., Gillath, O., Zhao, X., & Martinez, R. (2017). Staying friends with ex-romantic partners: Predictors, reasons, and outcomes. Personal Relationships, 24(3), 550–584. https://doi.org/10.1111/pere.12197

Mindbodygreen. (2021, December 16). Your Childhood Can Affect Your Adult Relationships: Attachment Theory, Explained. https://www.mindbodygreen.com/articles/attachment-theory-and-the-4-attachment-styles

Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

1 month ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

1 month ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

1 month ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

2 months ago