Blog Psikologi

Menyikapi Konten Kesehatan Jiwa

Dewasa ini, isu kesehatan jiwa tidak lagi menjadi isu yang terasa jauh atau tabu untuk dibicarakan. Banyak sekali akun di media sosial yang membahas kesehatan jiwa. Akun-akun  yang dibuat oleh berbagai kalangan – tenaga profesional berlisensi, aktivis kesehatan jiwa, penyintas gangguan jiwa, bahkan banyak pula yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Bentuk unggahannya bervariasi, tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga gambar, video, animasi, atau yang sedang popular belakangan ini yaitu video singkat kreatif seperti reels di Instagram atau unggahan Tiktok.

Topik yang dibahas sangat beragam, mulai dari stress, kecemasan, mood, emosi, berbagai jenis gangguan psikologis, dan berbagai tips untuk mengatasi stress sehari-hari. Tidak sedikit pula akun media sosial yang mengunggah konten berisi kalimat-kalimat motivasi dan afirmasi positif yang dapat menjadi ide tambahan bagi kita dalam upaya mengapresiasi diri. Jika kita perhatikan, banyak juga unggahan yang dimulai dengan kata “Menurut Psikologi…” atau “Kata Psikolog…”.  Berbagai unggahan ini terasa ringan untuk dikonsumsi, dan tidak jarang terasa sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Konsultasi dengan psikolog sekarang

Pada dasarnya, informasi yang disediakan oleh berbagai panggung media sosial itu umumya baik dan dapat menambah wawasan tentang kesehatan jiwa. Akan tetapi, bagi pembaca sangat diperlukan kebijaksanaan saat membaca berbagai informasi itu. Pernahkah ketika Anda melihat unggahan itu, Anda tiba-tiba merasa, “Lho, kok aku juga mengalami ini?”, “Wah, ini benar sekali, aku juga melakukan itu.”, “Gejala-gejala ini juga kurasakan, apakah aku memang terganggu?”, “Waduh, kalau liat unggahan ini, berarti selama ini yang kulakukan salah ya.” dan berbagai reaksi lain. Tidak jarang juga kita menyalahkan diri sendiri, mempertanyakan kesehatan jiwa kita sendiri atau malah menjadi khawatir berlebihan.

Bijak Memilah Konten

Oleh karena itu lah, kita harus bijak dan berhati-hati saat menyikapi berbagai unggahan itu. Jangan sampai kita melakukan self-diagnose, dan kemudian menyakini diagnosa yang kita buat sendiri tanpa pemeriksaan sahih. Hal ini bisa berdampak negatif pada keberfungsian kita sehari-hari. 

Ketika Anda membaca atau melihat unggahan terkait kesehatan jiwa, pembaca perlu berpikir kritis sebelum mengamini seratus persen isi unggahan itu. Kita tidak harus selalu setuju dengan konten. Jika kita melihat unggahan tentang isu psikologis tertentu, sebaiknya kita sebagai pembaca perlu melihat apakah sumbernya cukup sahih. Penting untuk membedakan apakah informasi yang diberikan fakta atau hanya opini dari penulis, sehingga mungkin konten dibuat berdasarkan pengalaman pembuatnya saja. Kadang kita juga perlu menilai apakah pembuat konten bisa dipercaya dan punya kapasitas untuk membahas  isu gangguan kesehatan jiwa.

Bagaimana Menyikapi Konten Kesehatan Jiwa

Apabila berbagai konten itu membantu kita berefleksi lebih lanjut tentang hidup kita, maka itu tidak menjadi soal dan justru sangat baik dilakukan. Akan tetapi jangan sampai kita sebagai pembaca selanjutnya mulai merasa terganggu dan mempertanyakan diri sendiri.  Saran saya, jangan melakukan diagnosa diri sendiri, tetapi segera pergi ke profesional untuk melakukan diskusi lebih lanjut dan mendapatkan bantuan yang lebih mumpuni.

Lihat artikel psikologi lainnya

Tim HatiPlong

Recent Posts

Disosiasi

Sebelum kita memulai, coba Anda bayangkan situasi berikut: Anda berada di ruang kelas, sedang mengikuti…

1 month ago

Memahami Self-harm

Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…

1 month ago

EMDR: Lebih dari Sekadar Terapi untuk Trauma

Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…

1 month ago

EMDR: Memproses Emosi dan Trauma untuk Hidup Lebih Baik

Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…

1 month ago

Pengenalan Psikoterapi: EMDR

Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…

1 month ago

The Duck Syndrom: Buang Topeng Bebekmu dan Temukan Dirimu Yang Sebenarnya

Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…

2 months ago