Sebenarnya, well-being adalah konsep kondisi seorang individu yang luas, tidak hanya memiliki satu definisi saja. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa kesepakatan umum untuk menggambarkan well-being, seperti adanya emosi dan mood yang positif, ketiadaan emosi negatif seperti kecemasan dan depresi, perasaan puas akan kehidupan, dan dapat memenuhi fungsi/peran secara positif. Beberapa peneliti berusaha untuk mengidentifikasi aspek-aspek khusus dari well-being, seperti:
Konsultasi dengan psikolog sekarang
Mengingat luasnya konsep ini, mungkin membuat kita menjadi bingung: mulai dari mana ya untuk meningkatkan well-being? Jawabannya adalah mulai dari mana saja bisa, selama proses tersebut betul-betul dijalani – cari yang termudah untuk dilakukan lebih dulu dalam kondisi sekarang. Di bawah ini, beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membuat upaya tersebut lebih terarah untuk dijalani.
Coba evaluasi aspek-aspek well-being yang telah disebutkan di atas, apakah ada yang sudah terpenuhi atau belum. Pada dasarnya well-being juga bersifat kontinum dan dinamis. Jadi, kita bisa cari kondisi umum yang terjadi. Menggunakan skala 1-10 untuk menilai, juga bisa memudahkan kita untuk membandingkan. Tentukan, aspek mana yang ingin jadi prioritas dalam waktu dekat. Ada baiknya dibuat lebih spesifik supaya kita bisa mengukur progresnya. Kamu juga bisa mengukur aspek well-being mu dengan melakukan test tingkat well-being (Flourishing Scale dari Diener, et al, 2010)
Sekarang cobalah untuk melihat kembali kegiatan sehari-harimu, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Beri tanda kegiatan yang mendukung peningkatan well-being atau sebaliknya. Nah, untuk kegiatan yang mendukung, teruskan dan jika memungkinkan frekuensi-durasi-intensitasnya ditingkatkan. Sebaliknya, ketika ada kegiatan atau aktivitas yang itu melemahkan well-being, sebisa mungkin cobalah untuk dikurangi.
Lakukan journaling atau pencatatan dari upaya yang sedang dijalankan. Hal ini akan membantu kita melihat faktor yang menghambat upaya kita dan menemukan solusinya.
Sekecil apapun, progres adalah progres. Hargailah usaha kamu dan jadikan itu sebagai motivasi untuk melanjutkan langkah ke depannya.
Berbagai upaya meningkatkan well-being dari aspek manapun membutuhkan pengulangan. Jika satu kali dicoba, namun belum berhasil memunculkan perubahan, jangan menyerah, coba lagi atau cari alternatif lain. Untuk menjaga well-being, kita tidak bisa berhenti hanya di satu aksi, tetapi serangkaian kebiasaan yang diulang berkali-kali. Don’t give up! 😊
Tidak lupa, jika proses ini rasanya sulit dijalani sendiri, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain, termasuk mengikuti sesi konsultasi bersama ahlinya karena hal itu juga sebuah usaha untuk meningkatkan well-being.
Lihat artikel psikologi lainnya
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-Diener, R. (2010). New measures of well-being: Flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators Research, 97, 143-156.
Keyes, C. L. M. (2002). The mental health continuum: From languishing to flourishing in life. Journal of Health and Social Behavior, 43(2), 207–222.
National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion , Division of Population Health. (2018). Well-Being Concept.
Ryff, C. D., Keyes, C. L. (1995) The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69 (4), 719–727.
Apa itu Self Harm? Perilaku menyakiti diri sendiri, atau secara formal di sebut dengan istilah…
Trauma memang menjadi salah satu kondisi yang banyak diatasi dengan EMDR (Eye Movement Desensitization and…
Trauma adalah pengalaman yang bisa membekas. Kenangan dan emosi negatif yang terkait dengannya dapat terus…
Saat seorang klien menjalani sesi pertamanya, biasanya sesi tersebut dibuka dengan asesmen dan konseling. Untuk…
Bayangkan kamu sedang berada di sebuah acara sosial untuk menjalin hubungan bisnis dan di sekelilingmu…